TIMES HALMAHERA, TERNATE – Di tengah ancaman krisis iklim yang semakin nyata, Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) atau Perkumpulan Jurnalis Lingkungan Indonesia mengambil langkah strategis untuk memperkuat garda terdepan pemberitaan ekologi.
Organisasi ini menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mengawal isu-isu lingkungan yang kian kompleks.
Pembaruan organisasi bukan sekadar rotasi, melainkan upaya adaptasi terhadap tantangan lingkungan terkini, mulai dari deforestasi, polusi plastik, hingga transisi energi.
Melalui penguatan internal, SIEJ menargetkan narasi lingkungan tidak hanya menjadi berita sampingan, tetapi menjadi kesadaran kolektif publik.
Ikram, salah satu sosok kunci dalam kepengurusan ini, menekankan bahwa visi ke depan adalah tentang kebersamaan dan keterbukaan. Ia meyakini bahwa kekuatan jurnalisme lingkungan terletak pada seberapa luas simpul koordinasi yang bisa dibangun.
“Mari bersama melakukan pembaruan SIEJ ke depan. Saya yakin pengurus memiliki niat yang sama untuk membangun jejaring yang lebih luas,” ujar Ikram. Minggu (28/12/25)
Strategi perluasan jejaring ini diharapkan mampu menjangkau jurnalis-jurnalis di daerah terpencil yang bersentuhan langsung dengan konflik agraria dan kerusakan ekosistem.
Dengan jejaring yang lebih luas, SIEJ berkomitmen untuk memastikan setiap suara dari garis depan lingkungan terdengar hingga ke pusat kebijakan.
Langkah ini menjadi angin segar bagi dunia pers Indonesia, di mana jurnalisme lingkungan yang kredibel sangat dibutuhkan untuk melawan disinformasi dan mendorong solusi berkelanjutan demi kelestarian bumi di masa depan. (*)
| Pewarta | : Haerun Hamid |
| Editor | : Ronny Wicaksono |