https://halmahera.times.co.id/
Berita

Rawat Jagat di Pantai Pangasan, Strategi Pemkab Pacitan Bangun Citra Wisata Budaya Pesisir

Minggu, 02 November 2025 - 21:04
Rawat Jagat di Pantai Pangasan, Strategi Pemkab Pacitan Bangun Citra Wisata Budaya Pesisir Umbul donga menjadi spirit Rawat Jagat di Pantai Pangasan yang digelar Pemkab Pacitan untuk mendongkrak potensi lokal menuju global. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES HALMAHERA, PACITAN – Pemerintah Kabupaten Pacitan (Pemkab Pacitan) mendorong tradisi Rawat Jagat sebagai program unggulan untuk memperkuat identitas wisata daerah. Tahun ini, rangkaian ritual adat pesisir tersebut untuk pertama kalinya dimulai dari Pantai Pangasan, Kecamatan Kebonagung. 

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Pacitan, Munirul Ichwan, menegaskan bahwa Rawat Jagat bukan lagi sekadar agenda seremonial, melainkan bagian strategi diplomasi budaya dan branding wisata daerah.

“Acara Rawat Jagat merupakan satu rangkaian yang secara kabupaten sudah kali keempatnya dilaksanakan,” ujarnya, Minggu (2/11/2025). 

Umbul-donga-menjadi-spirit-Rawat-Jagat-a.jpg

Munirul menyebut agenda tersebut dirancang untuk memperluas panggung budaya Pacitan, sekaligus menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri. “Dalam rangka bagaimana mengakulturasi budaya yang ada di Pacitan untuk bisa mengangkat potensi wisata, tidak hanya nasional tapi level internasional,” katanya.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah desa dan pelaku budaya. “Harapan ini terus berkembang, terus konsisten bisa bekerjasama dengan desa-desa untuk bisa menumbuhkembangkan budaya yang sudah ada,” ucapnya.

Menurut Munirul, Rawat Jagat juga merupakan refleksi syukur kepada Sang Pencipta atas keindahan alam Pacitan. “Ke depannya tentu Rawat Jagat ini merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah menganugerahi kita alam yang sedemikian rupawan di Kabupaten Pacitan,” ujarnya.

Umbul-donga-menjadi-spirit-Rawat-Jagat-b.jpg

Ritual Pesisir Jadi Etalase Budaya

Sorotan publik tahun ini tertuju pada lokasi penyelenggaraan. Pantai Pangasan, dengan tebing menjulang dan panorama Samudra Hindia, menjadi panggung ritual adat bertema “Sluman Slumun Slamet”. 

Rangkaian acara dimulai dari doa bersama, arak tumpeng dan umbul donga, hingga ritual murak tumpeng dan tempelan.

Di penghujung acara, warga makan bersama dan menikmati pertunjukan seni tradisi: tayub, rontek, hingga bela diri khas pesisir.

 Momentum Kebangkitan Identitas Daerah

Camat Kebonagung, Udin Wahyudi, menegaskan bahwa pemilihan Pangasan sebagai lokasi ritual adalah keputusan yang sarat arah pembangunan budaya.

“Kenapa Rawat Jagat ini dilakukan di kawasan Pantai Pangasan? Pak Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menyarankan agar masih ada kaitannya dengan EMP (Ekspedisi Merah Putih). Akhirnya kan menyatakan kepada komunitas Kangen Pacitan agar diselenggarakan di Pantai Pangasan,” ujarnya.

Udin mendorong agar Rawat Jagat menjadi ikon wisata budaya unggulan di Pacitan. “Kami banyak berterima kasih, biar wisatanya semakin maju,” katanya.

Selain ritual, Udin menyoroti keberadaan warisan budaya Tari Keling yang telah hidup sejak era 1970-an. “Terutama Tari Keling, di sini sudah berlangsung sejak 1970. Sejarah dan filosofinya ada,” tuturnya.

Baginya, perpaduan wisata alam dan budaya adalah modal besar bagi Pacitan. “Selain mengangkat wisata, juga mengangkat potensi budaya. Harapannya terus maju, semakin terkenal dan mendunia,” ujar Udin.

Dari Tradisi ke Destinasi

Kepala Desa Kalipelus, Dasuki, melihat Rawat Jagat sebagai momentum memperkenalkan Pangasan lebih jauh. “Rawat Jagat yang merupakan agenda kabupaten ini kali pertama juga diadakan di Pantai Pangasan. Agar Pangasan lebih berkembang dan maju mendunia,” katanya.

Dasuki mengulas sejarah Tari Keling yang turut tampil. “Dulu awalnya hanya geculan orang-orang tua, penarinya laki-laki. Ada gamelan hanya saja gerakannya belum dipaksakan,” ujarnya.

Pada masa perayaan kemerdekaan, tarian ini tampil dalam pawai dengan kostum hitam dan arang. “Bentuk suko pari suko dari masyarakat,” lanjutnya.

Selain budaya, Dasuki juga menyinggung kekayaan kuliner laut setempat, terutama ikan Angas yang dipercaya hanya ada di wilayah ini. “Kalau orang tidak bisa memasak akan terasa amis. Namun kalau sudah bisa memasak terasa lezat,” katanya sambil tersenyum.

Menurutnya, keberadaan kuliner khas ini bisa menjadi bagian penting paket wisata budaya pesisir yang ditawarkan desa.

Branding Wisata Pacitan: Menunda Bising, Memperkuat Identitas

Pacitan tidak memiliki bandara internasional, pusat belanja raksasa, atau panggung konser bertaraf global. Namun, daerah ini memiliki kekuatan yang tak mudah ditiru: lanskap karst, garis pantai eksotis, dan budaya yang masih hidup dalam napas sehari-hari warganya.

Rawat Jagat memberi Pacitan ruang untuk tampil percaya diri. Bahwa wisata bukan hanya soal keramaian, tetapi juga soal karakter, narasi, dan martabat budaya. Agenda ini juga masuk kalender resmi Kangen Pacitan, yang digadang-gadang menjadi platform promosi wisata budaya berkelanjutan.

Jika ekosistemnya terbangun, tidak menutup kemungkinan Rawat Jagat dan Tari Keling akan melaju menuju daftar Warisan Budaya Takbenda nasional, bahkan kategori internasional. Di tengah suara ombak yang terus memecah batu-batu tebing Pangasan, doa warga dikumandangkan, menyatu dengan pasir dan angin.

Tradisi tidak sedang dikenang; ia sedang dihidupkan kembali sebagai identitas, sebagai kebanggaan, dan sebagai jalan baru Pacitan membangun panggung wisatanya. Diharapkan, warisan budaya sebagai identitas wisata Pacitan terus maju, semakin terkenal dan mendunia. (*) 

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Halmahera just now

Welcome to TIMES Halmahera

TIMES Halmahera is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.